Hidup dalam Damai Kej 34:21
Ketika Dina, anak Yakub dari Lea, mengunjungi perempuan-perempuan orang Hewi di Kanaan, ia dilarikan dan diperkosa oleh Sikhem anak Hemor, raja negeri itu. Ternyata Sikhem tidak hanya didorong oleh nafsu, ia betul-betul jatuh cinta kepada Dina. Ia meminta ayahnya untuk melamar.
Sebaliknya, Yakub dan kedua kakak Dina yaitu Simeon dan Lewi, marah dan sakit hati karena perbuatan noda itu. Ketika Sikhem dan ayahnya datang melamar, mereka merencanakan tipu muslihat. Mereka mengijinkan Dina diambil asal Sikhem dan setiap laki-laki dari negeri itu disunat. Syarat itu disetujui.
Lalu pergilah Hemor dan Sikhem, anaknya itu, ke pintu gerbang kota mereka dan mereka berbicara kepada penduduk kota itu, "Orang-orang itu mau hidup damai dengan kita, biarlah mereka tinggal di negeri ini dan menjalaninya dengan bebas; bukankah negeri ini cukup luas untuk mereka ...." Perkataan raja itu didengarkan oleh penduduk negeri itu begitu juga syarat sunat bagi setiap laki-laki. Pada hari ketiga, ketika mereka sedang menderita kesakitan karena sunat itu, Simeon dan Lewi menyerang mereka. Dengan mudah Hemor, Sikhem dan seluruh negeri itu dikalahkan.
Kesediaan untuk hidup bersama dengan damai normalnya memang memberi harapan. Karena Yakub dan kelompoknya nampaknya beritikad baik untuk hidup berdampingan dengan damai, Hemor dan seluruh rakyat negerinya sangat bersemangat menerima kedatangan pendatang baru itu. Sayang sekali, harapan itu justru membawa malapetaka karena itikad baik itu memang hanya siasat.
Kisah ini tidak mengajarkan agar kita curiga terhadap maksud baik orang lain untuk hidup bersama kita dalam damai. Sebaliknya kita harus belajar bahwa hanya niat atau itikad yang tulus dapat menjadi pangkal untuk pembangunan kehidupan bersama yang damai. Kepentingan-kepentingan sempit, seperti keinginan Simeon dan Lewi untuk membalas dendam, membuyarkan harapan untuk hidup damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar